(ilustrasi lampung dan feodalisme) SAYA pernah menuliskan betapa (masyarakat) adat Lampung telah dipolitisasi sedemikian rupa bagi kepentingan (politik) segelintir elite yang kebetulan sedang memegang jabatan di pemerintahan atau elite berkuasa, baik di pusat maupun di daerah Lampung sendiri ( Media Indonesia , 23 Juni 2007). Sebenarnya agak “sungkan” saya menuliskan kembali masalah ini. Namun, melihat fenomena bagaimana adok/adek (gelar adat) dengan mudah “diperjualbelikan” di tanah Sang Bumi Ruwa Jurai, saya agak perlu memberikan catatan sedikit. *** Setidaknya ada dua peristiwa “budaya” Lampung baru-baru ini yang penting saya soroti. Pertama, Gelaran budaya Begawi Adat Mewaghi (upacara mengangkat saudara) di Sesat Agung Nowo Balak Gunungsugih, Senin, 28 Juni 2010 lalu. Kabarnya, marga-marga dari Saibatin dan Pepadun bertemu pertama kali dalam begawi adat tersebut sebagai upaya pelestarian tradisi dan budaya asli daerah. Pada Begawi Adat Mewaghi tersebut M. Hidayatullah