Skip to main content

Taman Bumi Kedaton, Wisata Alternatif di Pinggiran Bandar Lampung

BANDAR LAMPUNG – Bagi warga yang ingin menunggang gajah, tidak perlu lagi jauh-jauh menempuh perjalanan 80 km dari Bandar Lampung ke Pusat Latihan Gajah (PLG) Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur. Pasalnya, sejak akhir tahun lalu di pinggir Kota Bandar Lampung sudah dirintis sebuah taman wisata yang diberi nama Taman Bumi Kedaton.

Taman wisata ini lebih mirip kebun binatang karena menghadirkan sejumlah hewan mulai dari gajah sumatera (Elephas maxsimus sumatrensis) yang didatangkan dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK), siamang (Symphalangus syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), ayam hutan (Gallus gallus), elang (Folconidae), biawak (Varanus salvator), dan berbagai jenis ayam dari Cina, Arab, dan Australia.
Kehadiran objek wisata ini menjadi salah satu hiburan tersendiri, bukan hanya bagi warga Bandar Lampung, juga warga dari luar kota yang selama ini harus ke TNWK untuk melihat gajah. Lagi pula di hari-hari libur di sini juga dipertunjukkan atraksi gajah seperti di TNWK.
Pengunjung umumnya penasaran terhadap kehadiran objek wisata yang awalnya sempat mendapat reaksi keras dari sejumlah LSM lingkungan ini karena mengeksploitasi hewan langka, seperti gajah. Rasa penasaran ini terbukti dengan membludaknya pengunjung pada setiap hari libur. Selain rasa penasaran, pengunjung tampak ingin memberikan hiburan yang baru kepada putra-putrinya. Maklum selama ini, hari libur diisi warga Bandar Lampung dan sekitarnya dengan berwisata ke pantai.
Petugas jaga Taman Bumi Kedaton mengakui hal tersebut. Menurut dia, sebagian besar pengunjung —hampir 90 persen— adalah keluarga yang membawa anak-anaknya. Dan, yang paling disukai keluarga saat berkunjung ke tempat itu adalah berkeliling menunggang gajah. ”Pengunjungnya memang kebanyakan anak-anak yang ditemani orangtuanya,” ujarnya, baru-baru ini.
Taman Bumi Kedaton mulai dibuka akhir Oktober 2004, setelah sebelumnya pro dan kontrakeinginan pemerintah provinsi untuk membuka taman wisata yang lebih menyerupai kebun binatang ini ditentang LSM lingkungan. Lokasinya terletak tujuh kilometer dari pusat Kota Bandar Lampung —arah Kampung Sukarame II, Batuputu, Kecamatan Telukbetung Barat.
Untuk memudahkan warga mengunjungi objek wisata ini, sejak dari dalam Kota Bandar Lampung sudah terdapat sejumlah papan nama penunjuk arah. Mulai dari memasuki Jalan Pangeran Emir M. Noor, tidak jauh dari kantor PDAM Way Rilau, papan informasi taman wisata sudah terpampang di tepi jalan.
Sejak memasuki wilayah Sukarame II, Telukbetung Barat, suasana hutan memang sudah terasa dan terlihat di kiri kanan jalan menuju ke taman wisata ini.
Wilayah yang terletak di dataran tinggi ini juga memberikan panorama tersendiri bagi pengunjungnya dengan melihat sebagian wilayah Bandar Lampung dari jalan yang menanjak dan berliku-liku. Selain itu, perjalanan menuju ke taman wisata ini juga didapati pedagang buah-buahan seperti durian dan pepaya. Apabila sedang musim panen durian, pengunjung bisa menikmati durian segar yang baru jatuh dari pohon.
Tiba di taman wisata yang menjadi fokus tujuan, pengunjung harus membayar tiket masuk Rp3.000/orang untuk bisa memasuki lokasi. Selebihnya jika ingin masuk ke lokasi pertunjukan atraksi gajah dan manusia pemakan ular dikenai biaya tiket Rp10.000 untuk melihat atraksi gajah dan Rp3.000 untuk menyaksikan manusia pemakan ular. Sementara bagi pengunjung yang berminat ”mengendarai” gajah, tarifnya Rp10 ribu/penumpang untuk sekali jalan berkeliling taman.
Friska, salah seorang pengunjung yang mencoba mengendarai gajah mengaku sangat terkesan karena selama ini ia hanya melihat hewan langka berbelalai panjang itu di koran atau televisi. Namun ia mengeluhkan tarif naik gajah yang kemahalan untuk anak-anak. “Apalagi jika kita naik bertiga maka tarifnya Rp30 ribu. Ini kan mahal banget,” ungkap siswi SMP di Bandar Lampung itu.

Minim Fasilitas
Mungkin karena masih terbilang baru, masih banyak kekurangan di sana sini. Namun kebanyakan pengunjung —yang tidak mau tahu tentang kekurangan itu— mengeluhkan taman yang masih belum lengkap atau disebut kebun binatang, sebab jenis binatang yang ada di taman wisata ini masih sedikit.
Wati, salah seorang pengunjung mengusulkan agar koleksi hewan di taman ini ditambah sehingga lebih menarik bagi anak-anak. Di samping itu, agar di kandang hewan tersebut ditulis nama Indonesia dan Latinnya sehingga taman ini menjadi tempat studi bagi anak-anak, termasuk di pohon-pohon kayu yang banyak menghiasi taman ini.
Karena dilindungi pepohonan itu suasana taman jadi sejuk dan membuat pengunjuing betah berlama-lama dan bertambah nyaman berkat adanya aliran sungai di sisi taman yang ada sengaja dibuat bertingkat-tingkat.
Kekurangan lainnya, ruas jalan menuju taman wisata ini banyak yang berlubang dan belum ada jalur angkutan umum sehingga bagi warga yang tidak memiliki kendaraan akan mengalami kesulitan untuk mendatanginya. Memang terdapat para pengojek yang menawarkan jasa untuk mengantar pengunjung ke taman ini, tapi tarifnya lumayan mahal yakni Rp25 ribu untuk jarak tujuh kilometer ini. Lagi pula jika sudah kesorean, ruas jalan menuju ke taman ini juga agak sepi sehingga rawan tindak kejahatan.
Penggagas taman wisata ini, Gubernur Lampung Sjachrudin Z.P. menjelaskan, Taman Wisata Bumi Kedaton dibangun dengan tujuan ingin memberikan hiburan alternatif bagi warga. Dengan dibangunnya taman wisata alam tersebut, masyarakat Lampung dapat memilih jenis hiburan lain yang ada di Kota Bandar Lampung. Salah satunya Taman Wisata Bumi Kedaton, di samping yang selama ini sudah begitu terkenal di Taman Hiburan Rakyat (THR) Pasir Putih. “Selain ini pembangunan taman wisata yang juga akan dijadikan transit bagi satwa langka Sumatera sebelum dikembalikan ke habitat awalnya,” ujarnya, baru-baru ini.
Menurut Sjachrudin, untuk membangun taman wisata ini Pemda Lampung tidak mengeluarkan dana. “Anggaran untuk mengelola taman wisata tersebut berasal dari dana swasta yang ingin membangun pariwisata Lampung,” lanjutnya.
Sjachrudin menambahkan, Batuputu bukan satu-satunya tempat yang akan dijadikan objek wisata gajah, selain di lokasi Menara Siger yang akan dibangun di Bakauheni, atraksi gajah juga akan ditampilkan di Bandara Radin Intan II. ”Sambil menunggu penerbangan, penumpang pesawat dapat menikmati hiburan wisata gajah. Saya ingin menjadikan Lampung sebagai daerah dengan julukan gajah Lampung,” kata dia.
(SH/Syafnijal Datuk Sinaro)

Sumber : sinar harapan

Comments

Popular posts from this blog

Eksotisme Pulau Berlilitkan Adat

Tapis Pulau Pisang salah satu penanda hubungan marga pulau ini dengan marga Way Sindi. Adat, alam, dan kehidupan sehari-hari yang khas mengguratkan eksotisme pada Pulau Pisang. Begitu juga tapis. EKSOTISME Pulau Pisang tak juga hilang meski kini cengkih mulai jauh dari pulau ini. Pantai yang jernih, debur ombak, dan pasir putih adalah alam yang menebar keeksotisan pulau. Anak-anak kecil berlarian telanjang di pantai, bercengkerama lalu memecah ombak, adalah kehidupan bocah-bocah pantai yang jauh dari sergapan video game dan PlayStation. Mereka berteriak ketika ada "orang asing" mendekat. Tak jarang mereka juga menutup muka lalu membalikkan badan telanjangnya ketika "orang asing" mengangkat kamera: Jpprreeet! Jpprreeet! Jpprreeet!! Tak jauh dari pantai, ibu-ibu Pulau Pisang mengelilingi tumpukan ikan hasil tangkapan bapak-bapak Pulau Pisang, para suami. Tak jauh dari situ, asap mengepul dari bakaran arang. Gesang ikan-ikan segar menebar bau daging segar yang terba...

Rasakan Keaslian Hidup di Pekon Hujung

PEKON Hujung dipenuhi bangunan berciri khas Lampung Barat. Keaslian arsitektur ini bertambah terasa begitu kita bersentuhan dengan alam yang begitu segar dan kaki Pesagi yang indah. Keaslian alam, suku budaya, dan arsitektur Pekon Hujung menjadi daya tarik tersendiri yang bisa menarik pelaku wisata. Faktanya, Lampung Barat memang kaya, bukan hanya Danau Ranau dengan Kampung Lombok atau Pulau Pisang dengan muli-muli perajut tapis. Karena Hujung dinilai memiliki potensi wisata, mulai 2005, desa ini disosialisasikan sebagai desa tujuan wisata. Guna menjadikan desa ini sebagai desa tujuan wisata, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat tahun lalu mengakses jalan agar kendaraan roda empat bisa masuk wilayah ini. Untuk menjadikan desa ini sebagai desa wisata, dalam waktu dekat pemerintah daerah juga akan menjadikan sejumlah bangunan rumah masyarakat sebagai home stay atau tempat tinggal sementara bagi pelancong. Kelak home stay ini akan menjadi penginapan bagi mereka yang membutuhkan waktu ...

Seruit, Makanan Tradisional yang Eksklusif

Mendengar judul di atas, mungkin membuat pembaca agak heran. Jangankan pernah mencicipi, pernah dengar tentang makanan inipun tidak pernah. Ya, oleh karena itu saya katakan “eksklusif” karena hanya orang Lampung saja yang tau makanan ini. Sangat jarang orang yang bukan suku Lampung mengenalnya. Sebenarnya Seruit atau Kalau lidah orang lampung sering menyebutnya “seruwit”, adalah makanan khas orang Lampung. Yang uniknya dari makanan ini adalah, diracik ketika akan di makan dan harus habis saat itu juga. Dan tentu saja, makannya harus pakai nasi. Cara makannya pun unik, Seruwit yang sudah jadi (dalam satu wadah) di makan bersama-sama. Caranya, kucuk kikim (daun singkong rebus) diambil secukupnya, lalu dicocol kedalam seruwit. Setelah itu, ditaruh pada sesuap nasi, dan Hap,, langsung dimakan. Biasanya, sambil mengunyah didalam mulut, lalapan mentah juga ikut dimakan berbarengan. Dan Rasanya, benar2 luar biasa sensasinya. Saya sebagai orang Lampung terkadang sangat merinduka...