Skip to main content

traveling Lampost : Memercik Kearifan di Kampoeng Lestari Padang Cermin

SEJENAK mari melirik Kampoeng Lestari. Wisata alam yang ada di Tahura (Taman Hutan Rakyat) Wan Abdurrahman ini tidak hanya memberikan kepuasan berwisata. Di sini, pengunjung juga akan menyaksikan kekayaan hayati dan nilai eksotis alam pegunungan.
----------------
Alam memberikan anugerah tak terbatas. Tapi ketika keindahannya dieksploitasi, justru membuat jauh dari kesan indah alami. Tak jarang objek wisata yang semula bagus, setelah dikelola dengan berbagai modifikasi, justru keindahannya pudar. Umpama perawan desa yang rupawan, ketika didandani dengan make-up berlebihan, lenyap auranya.
Pengelola objek wisata mayoritas punya orientasi keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menarik pengunjung sebanyak-banyaknya. Untuk menarik pengunjung, objek wisata sering dieksploitasi berlebihan. Bahkan, tak sedikit yang dilengkapi fasilitas yang justru mengurangi nilai objek wisata tersebut. Alhasil, banyak tempat wisata yang justru mendapat label tempat maksiat.
Tak jarang renovasi yang dilakuakan juga bertentangan kaidah alam, seperti pelestarian, penghormatan, dan penjagaan terhadap alam.
Hal ini justru menjauh dari tujuan utama pelancong untuk bermanja ria dengan keaslian alam setelah penat bergelut dengan rutinitas hidup.
Itu objek wisata yang biasa dikelola investor dengan orientasi keuntungan, bagaimana dengan objek wisata yang dikelola masyarakat yang notebene punya kepentingan terhadap alam tempat tinggalnya. Bukan kebutuhan keindahan semata, melainkan keberlangsungan hidup di masa mendatang.
Kampoeng Lestari, kawasan wisata alam yang dikelola Kelompok Sistem Hutan Kerakyatan Lestari (SHK Lestari) di Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran adalah "wakil" dari objek wisata lestari yang sesungguhnya. Di belantara alam yang cukup lestari, kita dapat jumpai kearifan lokal dan spekta alam yang mencengangkan. Sunset dan sunrise dengan background Teluk Lampung menjadi daya tarik tersendiri.
Pesona Bandar Lampung jika dilihat dari kejauhan pada malam hari dengan kerlip lampu menjadi kelangen bagi pemuja alam. Lebatnya hutan tropis lengkap aransemen cenggerek dan burung hutan menjadikan suasana damai. Sambil memanjakan telinga, jika lewat pada waktu yang tepat, mata pun bisa mengamati berbagai aktivitas satwa langka, seperti beruang madu, burung rangkok, rusa, napu, dan lainnya.
Jika bertandang pada musim panas, Kampoeng Lestari dipercantik dengan mekarnya bunga bangkai di setiap penjuru. Dan bagi pencinta tanaman hias, berbagai jenis anggrek liar akan membetot mata disertai decak kagum. Tak ketinggalan pesona kantong semar dan Lembah Seribu Bunga yang menyerupai taman-taman di Negeri Sakura. Tapi, Anda harus menahan diri karena seluruh kekayaan alam di sini hanya diperbolehkan dilihat dan dikagumi. Dan menjadi larangan untuk membawa meski sejumput rumput.
Bagi Anda yang penat dengan pola hidup individualis di kota-kota, di Kampoeng Lestari, kehidupan petani hutan yang arif dan bersahaja akan menuntun kita bersikap hidup lebih bijak. Kenangan di kampung yang hangat dan ramah dengan senyum-senyum tulus yang menyambut setiap pendatang kita rasakan di sini.
Bersama petani hutan, kita akan belajar bagaimana bercocok tanam, menjaga hutan, melestarikan mata air, dan sepenuhnya sadar bahwa air jernih di Bandar Lampung yang selama ini kita minum tak lepas dari peran para petani yang bersusah payah menjaga hutan ini. Andai mereka hitung-hitungan dengan apa yang telah dilakukan, mungkin penduduk di perkotaan (Bandar Lampung dan sekitarnya) tak cukup hanya mengucapkan terima kasih atas sumbangsih kehidupan yang telah diberikan.
Jika Anda telah mencapai puncak, air terjun dengan berbagai ketinggian menanti untuk disinggahi. Gua Kelelawar dan gua Macan pun menjadi salah satu agenda yang sayang untuk dilewatkan. Bagi Anda yang ingin menikmati wisata rohani, beberapa tempat ziarah pun dapat menjadi agenda saat bertandang di Kampoeng Lestari.
Pada musim durian, pesta raja buah yang jatuh langsung dari pohon (tanpa diperam) menjadi daftar yang sayang untuk dilewatkan. Anda bisa mengajak orang-orang tercinta menikmati acara berlibur penuh sensasi. Untuk orang-orang dekat yang teringgal di rumah, Anda bisa membawakan oleh-oleh yang dibuat tangan-tangan perempuan yang telaten memukul emping. Juga kopi bubuk asli yang pasti membuat Anda ketagihan.
Untuk menuju Kampoeng Lestari, dari arah Bandar Lampung Anda bisa menumpang DAMRI jurusan Rajabasa--Hanura. Jaraknya sekitar 20 kilometer. Butuh waktu sekitar 30 menit jika menggunakan kendaraan pribadi. Sesampai di Hanura, tersedia ojek menuju Kampung Siliwangi. Dari Kampung Siliwangi, ada beberapa alternatif menuju Kampoeng Lestari.
Bagi Anda yang ingin bertualang, berjalan kaki adalah pilihan yang tepat. Di tengah perjalanan tersedia home stay untuk melepas penat. Bagi Anda yang enggan berpeluh, jasa ojek yang murah dan ramah pun dapat menjadi pilihan. Dan bagi yang ingin memanjakan diri dan berfantasi ria, Anda bisa menyewa kuda. Sepanjang perjalanan, Anda akan ditemani pemandu wisata yang bisa menginformasikan seputar objek wisata yang Anda tuju. n SUSILOWATI/M-1

Comments

Popular posts from this blog

Eksotisme Pulau Berlilitkan Adat

Tapis Pulau Pisang salah satu penanda hubungan marga pulau ini dengan marga Way Sindi. Adat, alam, dan kehidupan sehari-hari yang khas mengguratkan eksotisme pada Pulau Pisang. Begitu juga tapis. EKSOTISME Pulau Pisang tak juga hilang meski kini cengkih mulai jauh dari pulau ini. Pantai yang jernih, debur ombak, dan pasir putih adalah alam yang menebar keeksotisan pulau. Anak-anak kecil berlarian telanjang di pantai, bercengkerama lalu memecah ombak, adalah kehidupan bocah-bocah pantai yang jauh dari sergapan video game dan PlayStation. Mereka berteriak ketika ada "orang asing" mendekat. Tak jarang mereka juga menutup muka lalu membalikkan badan telanjangnya ketika "orang asing" mengangkat kamera: Jpprreeet! Jpprreeet! Jpprreeet!! Tak jauh dari pantai, ibu-ibu Pulau Pisang mengelilingi tumpukan ikan hasil tangkapan bapak-bapak Pulau Pisang, para suami. Tak jauh dari situ, asap mengepul dari bakaran arang. Gesang ikan-ikan segar menebar bau daging segar yang terba...

Rasakan Keaslian Hidup di Pekon Hujung

PEKON Hujung dipenuhi bangunan berciri khas Lampung Barat. Keaslian arsitektur ini bertambah terasa begitu kita bersentuhan dengan alam yang begitu segar dan kaki Pesagi yang indah. Keaslian alam, suku budaya, dan arsitektur Pekon Hujung menjadi daya tarik tersendiri yang bisa menarik pelaku wisata. Faktanya, Lampung Barat memang kaya, bukan hanya Danau Ranau dengan Kampung Lombok atau Pulau Pisang dengan muli-muli perajut tapis. Karena Hujung dinilai memiliki potensi wisata, mulai 2005, desa ini disosialisasikan sebagai desa tujuan wisata. Guna menjadikan desa ini sebagai desa tujuan wisata, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat tahun lalu mengakses jalan agar kendaraan roda empat bisa masuk wilayah ini. Untuk menjadikan desa ini sebagai desa wisata, dalam waktu dekat pemerintah daerah juga akan menjadikan sejumlah bangunan rumah masyarakat sebagai home stay atau tempat tinggal sementara bagi pelancong. Kelak home stay ini akan menjadi penginapan bagi mereka yang membutuhkan waktu ...

Seruit, Makanan Tradisional yang Eksklusif

Mendengar judul di atas, mungkin membuat pembaca agak heran. Jangankan pernah mencicipi, pernah dengar tentang makanan inipun tidak pernah. Ya, oleh karena itu saya katakan “eksklusif” karena hanya orang Lampung saja yang tau makanan ini. Sangat jarang orang yang bukan suku Lampung mengenalnya. Sebenarnya Seruit atau Kalau lidah orang lampung sering menyebutnya “seruwit”, adalah makanan khas orang Lampung. Yang uniknya dari makanan ini adalah, diracik ketika akan di makan dan harus habis saat itu juga. Dan tentu saja, makannya harus pakai nasi. Cara makannya pun unik, Seruwit yang sudah jadi (dalam satu wadah) di makan bersama-sama. Caranya, kucuk kikim (daun singkong rebus) diambil secukupnya, lalu dicocol kedalam seruwit. Setelah itu, ditaruh pada sesuap nasi, dan Hap,, langsung dimakan. Biasanya, sambil mengunyah didalam mulut, lalapan mentah juga ikut dimakan berbarengan. Dan Rasanya, benar2 luar biasa sensasinya. Saya sebagai orang Lampung terkadang sangat merinduka...