Visit Lampung Year 2009 yang merupakan tahun kunjungan wisata ke Lampung di tahun 2009 dalam hitungan hari akan berakhir. Namun, gaungnya nyaris tak terdengar. Festival Krakatau, mayor event yang dijadikan andalan pun tak membahana. Hanya terkesan seremonial untuk memanjakan petinggi dan duta besar negeri jiran. demikian ditulis oleh seorang Christian Heru Cahyo Saputro dalam esainya di Lampung Post.
Menurut Heru dalam esai-nya yang dipublish di LampungPost.Com, Memang masih banyak pekerjaan rumah dan persoalan yang harus dibenahi untuk menggesa perkembangan jagat pariwisata Lampung. Mungkin, yang menjadi salah satu kelemahan jagat pariwisata Lampung hingga saat ini, Lampung tak memiliki branding atau tagline yang unik dan menjual.
Padahal menurut Heru, branding atau tagline ini sangat penting dalam dunia industri tanpa cerobong asap ini untuk membangun pencitraan untuk target marketing. Atau, istilah lainnya menurut Alamsyah, pariwisata Lampung harus memiliki visi yang cerdas (Lampung Post, Sabtu, 20 Juni 2009).
Daerah lain berani mengucurkan dana miliaran rupiah untuk mengampanyekan tagline-nya yang sesuai dengan karakter, filosofi, dan tentunya punya nilai jual. Daerah Istimewa Yogyakarta dengan bangga mengusung tagline wisata yang cukup menarik: Never Ending Asia. Solo dengan The Spirit of Java dan Semarang dengan SPA (Semarang Pesona Asia).
Dulu Komite Pariwisata Lampung pernah mengajak para pewarta untuk mendiskusikan tagline ini. Memang tak secara resmi disepakati untuk bersama-sama menggemakan tagline pariwisata Lampung yaitu Lampung, The Land of Krakatau (Lampung Bumi Krakatau). Namun, program yang pernah dirilis dan digemakan di berbagai media ini tak ada kelanjutannya.
Padahal, tagline ini sangat tepat, berkarakter dan lebih "menjual" ketimbang Lampung, Your Second Home. Apalagi, secara administratif dan geografis, Krakatau sekarang ini milik Lampung. Selain itu, Lampung didukung nama besar Krakatau yang sudah populer di dunia.
Tetapi apa yang terjadi? Lampung justru merilis tagline Lampung, Your Second Home. Atau ternyata, Lampung memang hanya pantas dijadikan rumah kedua. Yang mencerminkan, Lampung hanyalah destinasi alternatif, bukan prioritas. Sungguh malang nian jagat pariwisata Lampung.
Isbedy Setiawan ZS, dalam Dengan tagline Lampung menjadi rumah kedua sejatinya menunjukkan daerah ini tak berdaya berhadapan (bersanding) dengan daerah-daerah lain yang lebih maju pariwisatanya. Sebagai "rumah kedua", apa yang dapat diharapkan wisatawan? Mereka--para wisatawan--lebih baik dan lebih menjanjikan kepuasan mengunjungi Bali, Yogyakarta, Jawa Barat, Lombok, Sumatera Utara, Sumatera Barat atau Sumatera Selatan misalnya, ketimbang Lampung.
Di Akhir tahun 2009 ini, dan menjelang 2010 yang juga dalah hitungan hari akan tiba, apakah Lampung masih dalam kegamangan Tag line, atau memang tetep mempertahankan tagline your second home?
Comments